Selasa, 18 September 2012

IBU

Diposting oleh Unknown di 18.54

Dalam sehari-hari, kadang kita berpikir bahwa kebohongan akan membawa kita kepada keterpurukan yang sangat dalam. Namun tanpa kita sadari orang terdekat kita yang mungkin saja dirasa tidak mungkin berbohong tetapi sering berbohong demi kebaikan kita. Beruntung lah kalian yang masih memiliki keluarga yang utuh, orang tua yang utuh. Namun pernahkah kalian membayangkan kehidupan orang lain yang mungkin sudah tidak memiliki ayah, ibu, atau bahkan ke duanya.
9bulan lamanya ibu mengandung, tak memperdulikan berat badannya naik, beratnya melakukan rutinitas sebagai ibu rumah tangga, karna telah membayangkan wajah lugu, lucu kita saat kita lahir. Setelah ibu mendengar tangisan kita saat kita lahir, saat itu pula ibu meneteskan air mata kebahagiannya. Di peluknya kita, di ciuminya kita dengan penuh kasih sayang, beban yang telah di jalani selama 9bulan terasa hilang dengan kehadiran kita. Apa kita pernah berfikir sampai situ ?
Beruntunglah kalian yang mungkin terlahir di keluarga yang utuh dan berada. Namun bayangkanlah apabila setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan yang tidak menentu. Bayangkan keluarga yang tidak berkecukupan bahkan untuk makan pun sulit. Ketika kita merasa lapar ibu pasti memberikan porsi makannya untuk kita dan berkata : “makan saja, ibu tidak lapar”
Saat kita mulai ingin sekolah, ibu merasa senang begitu bersemangatnya beliau untuk mempersiapkan segala kebutuhan kita. Di mulai dari bahan untuk seragam, alat tulis, sepatu dan keperluan lainnya. Di malam harinya ibu menjahit seragam kita dan ketika mengajaknya tidur dia berkata : “tidur saja duluan, ibu belum cape”
Saat kita mulai beranjak remaja dengan setumpuk keinginan yang sebenarnya tidak berguna ibu selalu berusaha mewujudkan semua itu meskipun dengan susah payah dan harus mengorbankan banyak waktunya. Namun ketika beliau menyuruh kita untuk sekedar membantunya sebentar kita malah berkata : “ah, malas bu” tetapi ibu menjawab dengan penuh sabar : “ Ya sudah ibu masih bisa mengerjakannya sendiri”
Setelah kita mulai beranjak dewasa dan menamatkan sekolah, kita berharap dapat langsung mencari pekerjaan agar dapat membantu biaya hidup keluarga namun ibu malah berkata : “ Kamu harus kuliah, kejarlah cita-citamu, jadilah orang yang lebih baik dari ibu”
Setelah dewasa, saat kita sudah berusia matang, memiliki pekerjaan yang mapan, dan mulai memperkenalkan calon pendamping hidup, pasti ada keinginan untuk memberi sebagian penghasilan kita kepada beliau, namun beliau berkata : “ Sudahlah, kau simpan saja uangnya untuk bekal masa depanmu”
Semasa hidupnya samapai beliau akhirnya menutup mata untuk selamanya apakah beliau pernah meminta kembali apa yang telah ia berikan kepada kita ? Dari sepenggal cerita diatas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : ? Terima kasih ibu ! ? Coba dipikir-pikir teman,  Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita?  Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Dan, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari orang tua kita? Cemas apakah orang tua kita sudah makan atau belum? Cemas apakah orang tua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orang tua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata ?MENYESAL? di kemudian hari.


0 komentar:

Posting Komentar

 

BELAJARRRR Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos